Puisi Sambalado


Mungkin ada yang akrab dengan petikan puisi berikut ini;

izukalizu mapakazaba itasatali
tutulita papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu
tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco zukuzangga
zegezegeze zukuzangga zegezegeze zukuzangga
zegezegeze zukuzangga zegezegeze aahh…!
nama kalian bebas carilah tuhan semaumu


dan rasanya, pembaca dibebaskan untuk memberi arti apa saja terahap kata-kata dari izukalizu sampai zegezegeze, atau mengaitkannya dengan "nama kalian atau nama tuhan" seperti disebut dalam kalimat "nama kalian bebas carilah tuhan semaumu."

Demi memperhatikan hal semacam itu, maka tak salah bisa disodorkan potongan lirik berikut ini sebagai puisi;

sambala sambala bala sambalado
terasa pedas, terasa panas
sambala sambala bala sambalado
mulut bergetar, lidah bergoyang


cintamu seperti sambalado ah ah
rasanya cuma di mulut saja ah ah
janjimu seperti sambalado ah ah
enaknya cuma di lidah saja



Apakah memang bisa begitu? Tak ada kata sambala dalam KBBI. Sama seperti tak ada kata izukalizu. Lantas bagaimana dengan sambalado? Tak ada juga. Bagaimana munculnya sambalado?
Bisa sangat jadi dari perpaduan kata sambal dan lado (dari dialek bahasa rumpun melayu untuk lada atau rasa pedas), atau dari sambal + balado (berlada). Bedanya, zegezegeze atau zukuzangga tidak memerlukan kata "seperti" untuk dipautkan pada nama kalian atau tuhan sekalipun. Mungkin diniatkan untuk membuat pembaca sedikit berpikir. Namun, hal yang sama diperlihatkan juga pada bait yang pertama dari lagu Sambalado, apa yang terasa pedas itu? Sambala? Bala? Sambalado?

Hebatnya lagi, lihat di bait ke dua cinta dan janji yang mana merupakan dua hal yang berbeda juga disamakan dengan sambalado. Dua hal yang kemudian juga punya dua efek yang berbeda yaitu rasa dan enak yang terdapat pada mulut dan lidah.

Kita balik ke bagian lain dari puisi Amuk Sutardji Calzoum Bachri;

pot pot pot
pot pot
kalau pot tak mau pot
biar pot semau pot
mencari pot
pot


Pot ditengarai sebagai bagaimana (semaunya) kata memanggilMu. Seperti biasa, seperti kebanyakan cara penulisan dan penyampaian - mu dengan M kapital - dihubungkan dengan Tuhan (dengan T kapital). Hal yang kelak dibuat oleh penyairnya justru dengan t kecil pada penulisannya di bait yang sudah dikutip di atas. Hal yang menunjukkan jukstaposisi semacam itu juga dilakukan dalam lirik lagu Sambalado yang ini;

colak colek sambalado alamak oee
dicolek sedikit cuma sedikit, tetapi menggigit
ujung-ujungnya bikin sakit hati
ujung-ujungnya sakit hati


Sambalado dicolek, Sambalado menggigit. Bahkan di ujungnya bikin sakit hati. Bayangkan sebuah benda atau mahluk yang bisa menggigit ketika dicolek atau ditepuk. Mungkin seperti seekor kucing. Kucing juga punya ekor, sesuatu yang berujung. Atau bisa dibayangkan cuping telinganya yang lancip. Hal yang bisa melawan itu pada akhirnya membuat yang melakukan sesuatu (percobaan) padanya malah merasa sakit hati (sendiri). Maksudnya begitu mirip dengan pot tadi. Kita yang menyebut pot tapi tak mau disebut pot. Kita yang membiarkan sebutan pot tapi sekaligus melakukannya semaunya. Malah kita mencari pot itu. pot = kita. Sedangkan sambalado = perbuatan kita yang berakibat sesuatu pada kita sendiri.

Lebih lagi, dalam lagu sambalado, imajinasi penciptanya begitu liar. Di mana lidah disamakan dengan bara api dan racun tikus. Ujungnya jelas harus ada yang terbakar dan mati.

…. aku bukan penyair sekedar
aku depan
depan yang memburu
membebaskan kata memanggilMu


Sambalado dalam lagu ini adalah sesuatu yang luar biasa liar. Dia adalah cinta, adalah janji, adalah sesuatu yang jinak (mudah dicolek), sesuatu yang bisa melawan (menggigit), adalah sesuatu pada lidah, mungkin umpatan, makian, yang bisa bikin sakit hati, bikin (perasaan) terbakar, sakit betulan, bahkan mati. Dengan kata lain, sambalado adalah sesuatu yang dibebaskan untuk memanggil apa dan siapa saja. Mungkin juga Kamu.

Jakarta, Agustus 2016

Komentar