Antara Lagu Ebiet G. Ade & Saiful Jamil



SALAH satu lagu Ebiet G. Ade (eh, sudah tahu belum kalau nama asli beliau adalah Abid Ghoffar Aboe Dja'far, dan beliau teman dari Cak Nun?) yang nge-hits adalah "Kalian Dengarlah Keluhanku" atau yang lebih sering disebut sebagai "Dari Pintu ke Pintu" yang menceritakan tentang seorang yang mencari pekerjaan selepas dari penjara.

Lirik lagu tersebut demikian;

Dari pintu ke pintu kucoba tawarkan nama
demi terhenti tangis anakku dan keluh ibunya
Tetapi nampaknya semua mata memandangku curiga
seperti hendak telanjangi dan kulit jiwaku

Apakah buku diri ini selalu hitam pekat?
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan?
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
dengan sinar mataNya yang lebih tajam dari matahari

Kemanakah sirnanya nurani embun pagi
yang biasanya ramah kini membakar hati?
Apakah bila terlanjur salah
akan tetap dianggap salah?

Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi untuk kembali
Kembali dari keterasingan ke bumi beradab
ternyata lebih menyakitkan dari derita panjang

Tuhan, bimbinglah batin ini agar tak gelap mata
dan sampaikanlah rasa inginku kembali bersatu
Ke manakah sirnanya nurani embun pagi
yang biasanya ramah kini membakar hati?

Apakah bila terlanjur salah
akan tetap dianggap salah?
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi untuk kembali


Meski tidak ada kata penjara di sana, tapi di dalam lirik lagu tersebut ada banyak frasa atau kalimat yang menunjukkan bahwa si pencerita pernah bersalah lalu diasingkan dari bumi yang beradab, alias pernah menjalani hukuman, mengalami penderitaan panjang, dan mencoba untuk kembali setelah membenahi diri.

Lagu ini kembali terngiang ketika muncul petisi agar memboikot Saiful Jamil atau Jamiludin Purwanto setelah menjalani hukuman 8 tahun penjara dipotong 30 bulan remisi dan dinyatakan bebas murni pada hari Kamis, 2 September lalu. Petisi ini muncul mengingat setelah kebebasannya, stasiun-stasiun televisi kita seolah berlomba-lomba menjadikannya sebagai bintang tamu dari setiap program acara talkshow.

Salah satu alasan dari pencekalan itu, adalah lantaran pemunculannya yang seolah sebagai pemenang dari suatu lomba (dengan dikalungi rangkaian bunga, diarak, dsb.) padahal ia mendapatkan hukuman dari kasus pedofilia dan penyuapan petugas hukum. Bahkan oleh KPAI pemunculan Saiful Jamil di beberapa program televisi itu bisa menimbulkan trauma dari pihak korbannya.

Kalau bagi ane, ditinjau dari lirik lagu Ebiet tadi, sebenarnya kita harus mau memberi kesempatan bagi dia untuk bekerja tanpa kembali dihakimi, disudutkan. 'Kan dia sudah dihukum! Cuma, harusnya para pembuat program televisi juga pinter ngambil sudut pandang atau ngulik testimoni atau harapan dari Saiful Jamil selepas dipenjara karena masalahnya itu. Jangan terlalu menjadi sebuah selebrasi, karena dia gak menang apa-apa cuma "kembali" ke "bumi beradab" seperti dalam lagu itu.

Ada-ada bae!

Komentar